oli skubek bore-up



Ada kejadian menarik yang dialami amin gendut, dia salah satu pemilik Yamaha mio soul yang sudah alami bore up engine skubek kesayangannya. Tanpa disadari, oli mesin di motor bore up piston 65 mm itu, habis lho.

“Itu juga baru tahu pas mau ganti oli. Untung feeling gue tepat. Dalam hati sih berkata, kayaknya sudah waktunya ganti oli nih. Untung deh,” ungkap Gendut yang tinggal di daerah trembul rejo Ngawen-Blora.

Entah lucu atau aneh. Karena ketika baut pembuangan oli dilepas, taunya oli yang terbuang dari mesin hanya ada dalam hitungan tetes! Bahkan jika ditaruh di dalam gelas ukur, oli tersisa tidak lebih dari hitungan 50 ml. Ih, serem! Lalu, ke mana habisnya ya?

"Memang, tidak sedikit oli berkurang cukup drastis dialami skubek bore up. Maka itu, musti perhatikan jadwal ganti oli serutin mungkin,”(terang manager,joki+mekanik Afm mulia jaya ini)

Menurut pria akrab disapa gus baroq  ini, hal itu bisa disebabkan karena panas mesin yang berlebih. Iya, ambil contoh dari Yamaha Mio atau Nouvo. Jika standarnya Mio mengaplikasi piston 50 mm, maka terjadi kenaikan 15 mm ketika aplikasi piston 65 mm.

Dengan kenaikan piston yang cukup besar, maka panas mesin yang tercipta juga makin tinggi. “Dengan panas yang tinggi melebihi panas mesin seharusnya, maka penguapan juga makin besar. Apalagi, sistem pendinginan mesin hanya menganut model udara,” ujar Baroq.

Belum lagi jika liner yang diaplikasi blok silinder itu cukup tipis! Akibatnya, piston musti bergesekan dengan liner yang mudah menghantar panas ke silinder blok. Pastinya, panas yang terjadi dari mesin juga akan makin tinggi. Kondisi ini yang membuat oli menjadi lebih mudah menguap.

Gitu juga menurut Baroq, skubek sekarang ini menuntut oli yang lebih encer. Misalnya, viskositas dengan SAE 10W-30. Logikanya, makin encer makin mudah menguap. 

"Memang benar. Viskositas makin encer, makin mudah menguap terkena panas"
 
Tapi sekali lagi, pemakaian oli encer ini memang sudah tuntutan teknologi mesin moderen. Jika dikasih oli kental, tentu akan bertolak belakang dengan akselerasi yang dihasilkan.

Itu kalau dari penguapan akibat panas mesin berlebih ya! Tapi, lain lagi kalau habis atau hilangnya oli akibat kebocoran yang terjadi di sektor engine. “Kebocoran oli bisa terjadi melalui sil klep yang bocor. Nantinya, oli jadi terbuang melalui exhaust,”
 
Selain melalui sil klep, menurut Kocek, kebocoran oli juga bisa terjadi akibat pemakaian liner yang jelek. Kualitas liner yang jelek mempunyai pori-pori. Ketika piston bekerja naik-turun, oli ini terendap di pori-pori. Dan, akhirnya oli kebakar karena tidak bersirkulasi dan terbuang melalui exhaust atau menguap.

Untuk mesin balap atau bore up yang cenderung berkitir di putaran tinggi, akan lebih bagus jika mengaplikasi oli full sintetik. "Oli tipe ini mampu melumasi hingga sela terkecil. Tingkat kekentalannya pun stabil meski dalam kondisi ekstrem dan mampu menjaga mesin meski suhu tinggi...
Okeh!

Habisnya oli di skubek kesayangan sobat, tentu bisa dideteksi. Pertama, mulai dari jika kondisi oli berkurang ya! Selain dari stick indikator oli, kalau oli di engine berkurang, tentunya suara yang dihasilkan mesin menjadi lebih kasar.

“Karena oli yang berfungsi mengurangi friksi jadi minim. Akibatnya, suara benturan antar komponen menjadi sedikit lebih nyaring,” bilang Yauhari yang juga memiliki line up oli Liger buat matik.

Paling mudah, coba sobat dengar dari bagian kepala silinder. Terutama gesekan antara kem dengan rocker-arm alias pelatuk klep. Kalau oli berkurang, suara menjadi lebih kasar. Suara akan teredam lagi ketika oli sesuai kebutuhan engine.






 

 
Deteksi jika terjadi kebocoran, selain lewat rembes oli melalui part yang bocor juga bisa dari knalpot. “Kebocoran oli yang terbuang dari exhaust, akan membuat knalpot menjadi hitam berminyak. Tapi, kalau sekadar hitam saja, karena bensin terlalu kaya...

1 komentar: