Bikin Penonjok Keteng Universal

Namanya ide bisa, pasti bisa datang dari mana saja,  itu seperti yang terjadi pada mekanik kite, sibotak dari goa manggir, xixixixii

“Awalnya salah satu konsumen yang kebetulan pakai Suzuki Shogun, mengeluh soal berisik di bagian keteng. Hal sama juga terjadi pada mereka yang pakai Honda Tiger, Yamaha vixion, KLX 150 dan lain-lain.  Itu akibat dari tensionernya sudah enggak berfungsi secara normal...



Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Nah berbekal keluhan dari konsumennya, tanpa basa-basi si botak membongkar dalaman tensioner standar motor konsumennya. Setelah dibedah, dalaman dari tensioner standar ternyata berisi per model pelat (ada juga yang pakai per halus) plus penonjok dan setelan model ulir (gbr.1).

Dari hasil bongkaran yang dilakukan, lalu diambil kesimpulan bahwa sistem pegas yang menggunakan pelat atau per halus (gbr.2) dan setelan penonjok model ulir jadi pemicu kurang maksimalnya fungsi perangkat tersebut (gbr.3).

“Memang pada saat disetel ulang, keteng enggak berisik. Namun setelah beberapa saat pemakaian, keteng bisa kendur dan bernyanyi lagi,”


Gbr 5

Gbr 6

Supaya tensioner berfungsi maksimal, maka perangkat tersebut di desain ulang . Di bagian per, yang standarnya model pelat atau per halus diganti model kasar (gbr.4). Sementara di bagian penonjok, dipakai model yang bergerigi (gbr.5).

“Dengan penggantian part-part tersebut, diharapkan saat mesin nyala, fungsi tensioner tidak berubah. Walau setelah cukup lama terkena getaran dari keteng.

 Sementara bila rantainya yang kendur, penonjok keteng baru akan berfungsi saat mesin dalam kondisi mati,”   Meski desain dalamannya berubah, namun sisi luarnya enggak berubah. Itu karena masih memanfaatkan rumah tansioner bawaan motor (gbr.6).

Tertarik??? silahkan datang ke AFM bengkel racing, hohohoo padune pormosiii :D

Pilihan Stage Untuk Upgrade Head Silinder SpX & kharisma 125

Bagi penyuka kecepatan, pembenahan kepala si­lin­der Honda Supra X 125 atau Karisma 125 jadi solusi menyenangkan. Pilihan atau stage rombakan bisa sesuai kebutuhan.
“Mau ekstrem, pakai klep mobil atau sekadar upgrade pakai klep motor lain,” 

Tentu stage modifikasi sangat bergantung budget yang dikeluarkan. Semakin tinggi stage, biaya juga lebih besar.
“Rombakan klep mobil atau stage 3 menuntut pengerjaan lebih banyak pula,” 

 

Las Dan Cor
Upgrade kepala silinder harus pas. Tak boleh terlalu ekstrem tapi jangan nanggung. Makanya rombakan head sangat bergantung dari kapasitas silinder. Semisal volume silinder tak lebih dari 150 cc, sebaiknya gunakan klep inlet dan exhaust dari Suzuki Shogun yang berdiameter 25,5 (in) dan 21,5 mm (ex).

Berbanding lurus dengan itu, bila ‘modif’ mesin sudah di atas 200 cc, silakan pakai klep besar seperti Toyota Camry yang berdiameter 33 mm (in) dan 29 mm (ex). Atau seri ‘EE’ berdiameter 31 mm (in) dan 25,5 mm (ex). Harap diperhatikan proses pengerjaannya agar hasil presisi.

Material bos klep juga menentukan harga

Pilihan klep besar sesuai kebutuhan
Untuk alasan itu, kepala mekanik Afm memberi tips seputar kepala silinder Karisma. Posisi klep yang berseberangan (crossed-type), mewajibkan penggeseran lubang klep dan valve sitting agar klep besar tadi bisa duduk manis. Proses pengerjaan meliputi pembuatan bos klep hingga pergeseran derajat dudukan (bibir) klep.

Tak hanya membuat ‘rumah’ baru untuk dua buah batang klep yang dikerjakan dengan api las, bos klep model ulir yang memakai material bronze atau kuningan ikut dipersiapkan. “Nantinya, bos klep model ulir terpasang ke kepala silinder dengan cara diputar layaknya memasang mur,”

Namun hal ini tak berlaku bila diameter payung klep masih kriteria stage 1. Pengerjaan rumah bibir klep hanya sebatas pembesaran dengan mesin cutting khusus. Rumah batang klep tak perlu geser dengan menutup lubang lama (dicor) dan membuat lubang baru. “Makanya biaya juga relatif murah,” lanjut si botak,hehe :D

Sebagai perbandingan saja, merombak diameter klep dengan yang lebih besar (25,5 dan 21,5 mm), kena biaya sekitar Rp 300 ribu di luar belanja klep (Rp 80 ribu).

Sementara pemakaian klep mobil alias stage 3 bisa memakan biaya modifikasi antara Rp 500-700 ribu tergantung spesifikasi dan material (bahan) yang digunakan. Klep Toyota Camry bisa mencapai Rp 180 ribu dan klep seri ‘EE’ dipatok sekitar Rp 190 ribu.

Efek Gonta-Ganti Penggunaan Oli Pada Motor



Bicara soal pelumas mesin motor, ternyata cukup banyak motormania yang masih bingung. Tak heran kalau redaksi kerap dibanjiri pertanyaan seputar oli. Seperti apa efeknya terhadap mesin bila suka gonta-ganti oli. Lalu bagaimana cara yang benar jika ingin mengganti oli dengan merek lain. Trus seperti apa dampaknya bila menggunakan oli mobil di motor dan sebagainya.

Nah, biar lebih detail, kami coba membuat beberapa draft pertanyaan seputar oli motor ini. Kemudian kami coba minta bantuan ahlinya untuk menjelaskannya buat Anda. Namun di edisi minggu ini, akan dibahas lebih dulu soal efek jangka pendek maupun jangka panjang terhadap mesin bila sering gonta-ganti oli merek lain.



Sebaiknya lakukan flushing dulu sebelum menuang oli baru dengan merek berbeda
Soal ini siboss AFM mengatakan tidak akan terlalu berdampak negatif terhadap mesin. Dengan catatan selama grade dan kelasnya sama.

“Namun sebaiknya gunakan merek yang setara di pasaran. Dan perlu dipahami bahwa fungsi oli bukan hanya sebagai pelumas. Tapi juga sebagai perendah efek gesekan, untuk mendinginkan, sebagai penyekat/sealing, buffer (penahan impact yang besar) atau stress dissipation, mencegah karat serta membersihkan kotoran di dalam mesin,” tambahnya.

Sedang tanggapan dari Mr. kenthang, Tecnical Service  PT Astra Honda Motor (AHM), bilang dalam pemilihan oli hendaknya memperhatikan spesifikasi untuk mesin motor dimaksud. “Mulai SAE, API Service serta JASO-nya,”

Akan tetapi, lanjut kenthang, tiap produsen terkadang punya tambahan aditif tertentu untuk menunjang performa dari oli tersebut. Sehingga ia menyarankan hendaknya konsumen tidak sering menggonta-ganti oli beda merek. Karena dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kinerja oli tersebut terhadap mesin.

Reiner Sitorus, Senior Manager Spare Parts & Service Dept. Marketing Division PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) pun senada kenthang. “Soalnya dikhawatirkan kalau formula aditifnya berlainan, ketika tercampur (oli lama dengan oli baru beda merek) akan membuat kinerja oli barunya jadi tak sempurna. Boleh-boleh saja sih ganti oli lain merek. Asalkan speknya sesuai dan sebelum menuang oli baru, yang lama sebaiknya di-flush lebih dulu,” saran Reiner.

Lantas apa efeknya bila menggunakan oli dengan grade yang tidak sesuai (lebih rendah atau lebih tinggi) dari anjuran pabrik? pabrikan pastinya punya tujuan tertentu dalam merekomendasi mesin hasil produksinya dengan oli yang direkomendasi.



Perhatikan spek oli yang hendak ditebus dengan teliti. Mulai dari API Service, SAE maupun JASO-nya
“Pengaruh paling terasa adalah ‘konsumsi oli’ dan dampak penggunaan oli terhadap konsumsi bahan bakar. Namun grade rendah belum tentu gak cocok. Tergantung peruntukan mesin itu sendiri. Sebalik grade lebih tinggi juga belum tentu cocok,”  Hal tersebut, lanjutnya, belajar dari kasus keluhan konsumen yang pihaknya alami.

"Konsumen kami itu memiliki mobil Eropa pengguna oli bermerek terkenal. Sisa oli mobilnya itu digunakan untuk sepeda motor sportnya. Tapi akibatnya motor tidak bisa ‘lari’ lantaran kopling selip. Karena oli mahal untuk mobil biasanya terdapat Logo ‘DONUT’ yang bertuliskan ‘CONSERVING II’. Itu artinya kadar additive (teflon), persentasenya lebih banyak dari oli biasa. Dampaknya pada kopling sepeda motor bebek atau sport yang terendam, akan selip karena tidak dirancang menggunakan oli tersebut,” tutur Abidin.

Lain halnya yang dikatakan kenthang. “Oli dirancang untuk mesin tertentu yang disesuaikan dengan toleransi celah antar part, suhu yang bekerja dan beban kerja dari mesin tersebut. Apabila grade oli tersebut tidak sesuai dikhawatirkan bisa berpegaruh terhadap kinerja dari mesin tersebut,” tukasnya.

"Grade biasanya menentukan oli tersebut cocoknya untuk mesin seperti apa. Soalnya makin ke sini mesin dirancang makin presisi. Sehingga butuh oli dengan grade yang sesuai peruntukkannya. Sebab kalau pakai oli yang diperuntukkan buat mesin motor keluaran lama, bisa berdampak negatif pada mesin itu sendiri ...

papas head tiger?? iki batesane :D


Gbr 3
Kepala silinder memegang kunci penting pada mesin. Mulai dari lokasi camshaft, klep, busi hingga penentu besarnya kompresi. Nah dengan kompresi inilah pembakaran yang sempurna bisa dicapai. Tetapi seiring dengan bejalannya waktu pemakaian, kompresi ini bisa saja menjadi turun rasionya.

Hal lain, keinginan untuk membuat tunggangan bisa lari lebih cepat. Dengan rasio kompresi lebih tinggi, tentu pembakaran pun lebih cepat dan mesin akan lebih responsif saat diajak melaju cepat.

 

Penyebabnya beragam, mulai dari klep yang tidak menutup rapat, hingga karena piston sudah oversize alias diperbesar diameternya. Maklum saja, jika diameter sudah membesar, maka volume pun bertambah, sehingga kompresinya pun berubah, menjadi turun.

Agar rasio kompresinya menjadi naik, perlu dilakukan pemapasan bagian kepala silinder. Tetapi, soal mengikis bagian ini tak bisa asal kikis saja, ada batasannya. "Untuk mesin masih standar, tentu ada batas maksimalnya," ungkap kepala AFM bengkel racing ini :D

Menurutnya, hanya bisa dilakukan pemapasan paling banyak 0,5 mm saja dari kondisi aslinya. Sebab, kalau terlalu banyak rasio kompresinya menjadi terlalu tinggi. "Perlu bahan bakar yang oktannya lebih tinggi lagi," tuturnya. Jika dibiarkan, akan terjadi detonasi alias ngelitik.

"Detonasi bisa terjadi kalau rasio kompresi terlalu tinggi," katanya. Tentu, kalau tetap dibiarkan, akan berefek merugikan bagi mesin. Terutama pada piston.

Detonasi alias ledakan terlalu dini ini menyebabkan permukaan piston menjadi ‘luka' (gbr.1) dan bisa berefek lebih fatal bila dibiarkan. Kecuali memang tujuannya untuk kompetisi, yang menggunakan bahan bakar beroktan lebih tinggi dari yang dijual di pasaran.

Hal lain perlu diperhatikan saat memangkas kepala silinder adalah rantai noken as bisa menjadi kendur. Sebab, jarak semakin mendekat. Apalagi kondisi ini tak bisa dikembalikan seperti semula, kecuali mengganti utuh kepala silinder baru. Tentu harga kepala silinder ini pun cukup mahal.


Gbr 1

Gbr 2
Memang, ada tensioner (gbr.2) yang membuat rantai ini selalu dalam ketegangan yang optimal, namun ketika pemapasan kepala silinder terlalu banyak tidak bisa dilakukan optimal lagi. Kalau rantai ini kendur, akan terdengar suara berisik ketika mesin sedang bekerja. Selain membuat tidak nyaman, juga akan merusak beberapa komponen yang berhubungan dengan rantai tersebut jika dibiarkan.

Apa yang bisa dilakukan ketika terjadi kondisi seperti ini? Tentunya dengan memberikan jarak lebih jauh lagi. Bisa dengan menambahkan paking cylinder head. Dengan konsekuensi rasio kompresinya pun akan menurun.

Namun, ketika ingin menaikkan kompresi Honda Tiger, bisa saja menggunakan cara lain yang relatif lebih aman. Maklum saja piston dari motor sport berlambang sayap ini memiliki banyak saudara kandung.

Dengan diameter piston berukuran 63,5 milimeter, kembaran dari satu pabrikan ini pun ada. Bisa menggunakan piston dari Honda Mega Pro. Dengan permukaan piston lebih cembung alias dome (gbr.3), otomatis kompresinya lebih tinggi ketimbang piston Honda Tiger yang permukaannya rata...

Usah Bingung Pilih Piston Cembung

Sebagai jantung dari mesin, piston memiliki peran penting soal tenaga yang dihasilkan. Dengan kompresi yang dibuatnya, ledakan campuran bahan bakar pun akan memanfaatkan piston sebagai satu-satunya sumber penggerak di mesin.

Memang kerjanya cukup berat, bahkan untuk keperluan meningkatkan performa lebih dahsyat, piston pun memerlukan perlakuan berbeda. Salah satunya lewat mengganti bentuk seher dengan permukaan lebih cembung alias piston dome atau jenong.




Kubah silinder, volume ruang kompresi berada di sini

Piston flat, relatif kompresi kurang dari 10:1


Ketinggian dome diukur dari bibir piston (pake sigmat)
 

Tujuannya agar kompresi yang dihasilkan lebih tinggi. Sebab dengan permukaan piston yang lebih menonjol volume ruang kompresinya pun semakin sempit sehingga tekanannya menjadi lebih besar. Dengan begitu Rasio kompresinya pun meningkat.

Menurut al faried, "sibos besar afm bengkel racing" bilang kalo rasio kompresi penggunaan piston jenong ini bisa mencapai 15:1. Tentu di bawah itu pun bisa juga. "Bisa disesuaikan sama rasio kompresi yang diinginkan," ujarnya.

Untuk mengetahuinya bisa dilakukan dengan buret. "Jadi dengan kondisi kepala silinder terpasang dan piston berada pada Titik Mati Atas, lantas diburet," ujarnya. Dari sana cairan yang masuk akan diketahui berapa cc isi dari ruang kompresinya (buret).

Setelah diketahui berapa cc dari buret tadi, akan didapat rasio kompresinya. Dengan perhitungan Rasio kompresi = (volume mesin + volume buret) : volume buret. Sementara volume mesin didapat dari perhitungan Volume mesin = 0,785 x diameter piston x diameter piston x langkah piston.

Misal piston berdiameter 54 mm, dengan langkah 62 mm, berarti volumenya 0,785 x 54 x 54 x 62 = 142 cc. Lalu setelah diketahui volume buret adalah 15,9 cc, maka rasio kompresinya (142+2) : 15,9 = 9:1 itu dalam kondisi standar.

Jika ingin menaikkan kompresinya, misalkan menjadi 13:1 maka diperlukan volume ruang kompresi yang berbeda. "Di sana diperlukannya piston jenong," tutur Akiang. Maka diperlukan ruang kompresi 142/(13-1)= 11,8 cc. Dari sana bisa ditentukan piston jenongnya, diukur menggunakan buret juga dengan cara sama.

Jadi, dalam memilih piston jenong tak bisa asal jenong saja, mesti dicocokkan dengan volume mesinnya dulu. "Di pasaran ketinggian dome pun berbeda-beda, tergantung cc (volume, red) mesinnya," ungkap si botak ini lagi,wkwkwkwk...

Misalkan pada motor 115 cc, ketinggiannya 5 mm, sementara untuk 125 hanya 3 mm saja. "Untuk mengukur ketinggian dome-nya diukur dari bibir piston," ujarnya. Sementara untuk memilih piston yang berkualitas, menurut lelaki yang memiliki tim balap itu, bisa dengan mencari referensi pengguna yang sudah memakai piston itu.

"Kualitas piston ini memang baru ketahuan setelah dicoba dulu," katanya. Misal dalam ajang balap, dengan kondisi yang tentunya cukup ekstrem....
silahkan mencoba breww.... :D